Sunday, 27 March 2016

[BISNIS] IKAN SIDAT - KOMODITI MAHAL INDONESIA



Ikan sidat atau yang lebih di kenal dengan anguila spp menjadi primadona baru di bisnis peternakan di indonesia. Di berbagai wilayah pengembangan ikan sidat di lakukan secara besar-besaran karena merupakan komoditi ekspor yang mahal harganya. Terbukti dengan harga bibit yang mencapai Rp. 5.000.000 untuk 1 kilogram Glass ell atau fase termuda dari ikan sidat, serta harga jual Rp. 180.000 per kilogram untuk ikan sidat ukuran konsumsi dalam kondisi hidup.
Ikan yang berbentuk menyerupai belut ini sayangnya masih merupakan tangkapan alam yang belum bisa di lakukan pembenihan maupun pemijahannya, karena hewan yang pembesarannya di muara sungai ternyata proses kelahirannya di lakukan di laut dangkal. Oleh sebab itu banyak nelayan lokal sekitar pesisir selatan pantai pulau jawa melakukan penangkapan bibit ikan sidat (glass ell) di pinggir laut. Dengan menggunakan jaring kecil untuk menangkap bibit ikan seukuran kelingking anak-anak ini. Untuk proses adaptasi dari laut ke air tawar, dapat di lakukan dengan menaburkan garam tanpa yodium agar air menjadi payau. Proses adaptasi umumnya memakan waktu sampai 1 bulan dan untuk fase ini di butuhkan cacaing sutera sebagai makanannya. Setelah melalui proses tersebut barulah ikan sidat di pindahkan ke kolam pembesaran, dengan tempo 6 – 12 bulan pembesaran. 
Berbisnis ikan sidat bukan lah hal yang mudah, karenanya di butuhkan pengetahuan yang luwes tentang ikan ini, karena ikan hidup lahir dan berkembang di 2 air yang berbeda maka di butuhkan adaptasi yang terus menerus di lakukan. Terutama ikan ini besar di air mengalir dan dekat muara sungai. Ph air harus terus terjaga, pemberian pakan harus konsisten dan menjaga kebersihan kolam pun harus di lakukan minimal 2 kali dalam seminggu. Serta pencegahan-pencegahan penyakit yang datang dari air. Penulis sendiri selaku peternak ikan sidat sudah mengalami asam garam dalam beternak sidat. Dan dengan nilai investasi yang besar plus hasil jual yang tinggi, menurut penulis hal tersebut berbanding lurus untuk di lakukan.
Saat ini penulis memiliki 3 kolam round (bulan) dan 4 kolam persegi panjang, dimana masing2 kolam mempunyai keunggulan tersendiri bagi tiap-tiap fase. Hal tersebut di sesuaikan dengan kebiasaan masing-masing fase ikan. Penulis sendiri saat ini belum mencoba untuk melakukan pembesaran dari fase glass ell, karena dibutuhkan tenaga kerja yang sudah sangat berpengalaman dalam hal pembesaran glass ell.
Pasar ekspor ikan ini cukup luas, pasar asia timur misalnya, yang penulis temukan lewat jaringan bisnis yang penulis punya, melakukan permintaan sebanyak 500 kg per minggu. Penulis sendiri tidak sanggup menghasilkan sebanyak itu, karena keterbatasan biaya J. Dimana selain proses pengembang biakan, pasar ekspor juga menginginkan produk dalam bentuk setengah jadi, artinya produk tersebut sudah di panggang asap dan di beri bumbu sesuai permintaan pasar.
Oleh sebab itu melihat pasar yang sebenarnya terbuka luas penulis mengajak teman-teman pembaca untuk mencoba bisnis ini. tapi bukan hanya coba-coba khususnya bagi yang sudah biasa beternak ikan dan hewan air lainnya.

No comments:

Post a Comment