Ikan sidat atau yang lebih di kenal dengan anguila
spp menjadi primadona baru di bisnis peternakan di indonesia. Di berbagai
wilayah pengembangan ikan sidat di lakukan secara besar-besaran karena
merupakan komoditi ekspor yang mahal harganya. Terbukti dengan harga bibit yang mencapai Rp. 5.000.000
untuk 1 kilogram Glass ell atau fase termuda dari ikan sidat, serta harga jual
Rp. 180.000 per kilogram untuk ikan sidat ukuran konsumsi dalam kondisi hidup.
Ikan yang berbentuk menyerupai belut ini
sayangnya masih merupakan tangkapan alam yang belum bisa di lakukan pembenihan
maupun pemijahannya, karena hewan yang pembesarannya di muara sungai ternyata
proses kelahirannya di lakukan di laut dangkal. Oleh sebab itu banyak nelayan lokal sekitar pesisir
selatan pantai pulau jawa melakukan penangkapan bibit ikan sidat (glass ell) di
pinggir laut. Dengan menggunakan jaring kecil untuk menangkap bibit ikan seukuran kelingking
anak-anak ini. Untuk proses
adaptasi dari laut ke air tawar, dapat di lakukan dengan menaburkan garam tanpa
yodium agar air menjadi payau. Proses adaptasi umumnya memakan waktu sampai 1
bulan dan untuk fase ini di butuhkan cacaing sutera sebagai makanannya. Setelah
melalui proses tersebut barulah ikan sidat di pindahkan ke kolam pembesaran,
dengan tempo 6 – 12 bulan pembesaran.
Berbisnis ikan sidat bukan lah hal yang mudah,
karenanya di butuhkan pengetahuan yang luwes tentang ikan ini, karena ikan
hidup lahir dan berkembang di 2 air yang berbeda maka di butuhkan adaptasi yang
terus menerus di lakukan. Terutama ikan ini besar di air mengalir dan dekat
muara sungai. Ph air harus terus terjaga, pemberian pakan harus konsisten dan
menjaga kebersihan kolam pun harus di lakukan minimal 2 kali dalam seminggu. Serta
pencegahan-pencegahan penyakit yang datang dari air. Penulis sendiri selaku
peternak ikan sidat sudah mengalami asam garam dalam beternak sidat. Dan dengan
nilai investasi yang besar plus hasil jual yang tinggi, menurut penulis hal
tersebut berbanding lurus untuk di lakukan.
Saat ini penulis memiliki 3 kolam round (bulan)
dan 4 kolam persegi panjang, dimana masing2 kolam mempunyai keunggulan
tersendiri bagi tiap-tiap fase. Hal tersebut di sesuaikan dengan kebiasaan
masing-masing fase ikan. Penulis sendiri saat ini belum mencoba untuk melakukan
pembesaran dari fase glass ell, karena dibutuhkan tenaga kerja yang sudah
sangat berpengalaman dalam hal pembesaran glass ell.
Pasar ekspor ikan ini cukup luas, pasar asia
timur misalnya, yang penulis temukan lewat jaringan bisnis yang penulis punya,
melakukan permintaan sebanyak 500 kg per minggu. Penulis sendiri tidak sanggup
menghasilkan sebanyak itu, karena keterbatasan biaya J. Dimana selain proses pengembang
biakan, pasar ekspor juga menginginkan produk dalam bentuk setengah jadi,
artinya produk tersebut sudah di panggang asap dan di beri bumbu sesuai
permintaan pasar.
Oleh sebab itu melihat pasar yang sebenarnya
terbuka luas penulis mengajak teman-teman pembaca untuk mencoba bisnis ini.
tapi bukan hanya coba-coba khususnya bagi yang sudah biasa beternak ikan dan
hewan air lainnya.